Proses Komunikasi Kelompok serta Fase Diskusi Dalam Kelompok

KOMUNIKASI KELOMPOK
Oleh; Dhiya Urahman

   B.     Proses Komunikasi Kelompok
Apa yang akan terjadi bila individu- individu beirnteraksi dalam kelompok kecil ? jawaban terhadap pertanyaan ini hampir tidak ada batasnya. Anda sendiri mungkin dapat menyajikan bermacam jawaban, karena (kecuali anda adalah orang yang senang menyendiri) anda tentunya sudah pernah berpartisipasi dalam berbagai kelompok kecil yang macam perhatiannya berkisar mulai dari yang beriorentasi kepada tugas, samapai dengan beriorentasi kepada masyarakat.
Apabila sejumlah pengalaman yang anda miliki masih belum mampu menghasilkan beberapa jawaban bagi pertanyaan yang dikemukakan, pastinya ada alasan yang masuk akal. Sebagai salah satu alasan, karena banyak kejadian timbul pada saat yang bersamaan, sehingga sulit bagi seorang yang berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Alasan lain ialah kemungkinan anda belum dilengkapi dengan konsep-konsep untuk mengartikan sikap gejala yang ada, atau mungkin anda belum dilengkapi dengan persyaratan konseptual yang memungkinkan anda melihat seluruh proses melalui seluruh proses yang ada.
Berg, telah mengamati 124 kegiatan diskusi dari 39 macam kelompok agama, politik, profesi dan pendidikan. Setelah menganalisis isi diskusi-diskusi tersebut, Berg mengkategorikan tema-tema yang didiskusikan ke dalam kode-kode yaitu;
1.      Tema substantif (substantive theme), yaitu tema yang topiknya ada kaitanya dengan tugas kelompok.
2.      Tema prosedural (procedural theme), yaitu tema yang memberi perhatian pada bagaimana diskusi harus berkembang, diatur, diubah atau dikoreksi.
3.      Tema yang tidak relevan (irrelevant theme), yaitu tema yang tidak ada kaitannya baik secara substansi maupun prosedural dengan tugas kelompok.
4.      Gangguan-gangguan (disruptions), yaitu kejadian yang mengganggu tema-tema yang sedang didiskusikan, misalnya kalau dua anggota atau lebih berbicara pada saat yang bersamaan.

    C.     Fase Diskusi Kelompok
Penyelidikan Fisher untuk mengenal suatu pola yang relatif lebih konsisten tentang empat fase yang dilalui dalam diskusi kelompok yaitu;
1.      Fase Orientasi. dalam fase awal diskusi kelompok, para anggota masih belum dapat memastikan seberapa jauh ide-ide mereka akan dapat diterima oleh anggota lain. Pernyataan-pernyataan pada fase ini sifatnya masih sementara dan pendapat-pendapat dikemukakan secara hati-hati.
Dalam fase inui anggota kelompok masih dalam taraf saling mengenal, menjelaskan ide-ide dan menyatakan sikap sementara.
2.      Fase Konflik, fase kedua ditandai oleh adanya pertentangan. Pada fase ini pendapat yang tidak menyenangkan, dukungan dan penafsiran meningkat. Pendapat-pendapat semakin tegas. Komentar yang meragukan berkurang. Usulan keputusan yang relevan seolah-olah sudah dapat ditentukan dan anggota kelompok mulai mengambil sikap untuk berargumentasi, baik itu sikap yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap usulan tersebut.
3.      Fase Timbulnya Sikap-sikap Baru. Konflik, serta komentar yang tidak menyenangkan berkurang dalam fase ini. Komentar dan usulan keputusan lebih sering diinterpretasikan, dan interpretasi itu diikuti langsung oleh interpretasi berikutnya. Anggota kelompok tidak lagi membela diri secara gigih dalam menanggapi komentar yang tidak menyenangkan. Timbul usulan keputusan tertentu sebagai usulan yang dapat disepakati dapat terlihat dalam fase ini.
4.      Fase Dukungan, pada fase ini usulan – keputusan yang diinginkan semakin nampak. Pertentangan berubah menjadi dukungan. Fase ini berisi lebih banyak penafsiran yang menguntungkan bagi usulan keputusan. Dukungan yang menguntungkan bermunculan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatkan jumlah komentar yang mendukung usulan keputusan. Perbedaan pendapat pun berakhir. Para anggota kelompok berusaha keras mencari kesepakatan bersama dan satu sama lain cenderung saling mendukung, khususnya dalam menyetujui beberapa usulan-keputusan tertentu.
Fase terakhir jelas ditandai oleh semangat kesatuan dan di sini nampak pula adanya usaha-usaha untuk menghindari ataupun menghilangkan komentar dan usul yang dapat memancing para anggota untuk kembali ke proses awal yang diwarnai oleh konflik dan perdebatan.

Referensi:
Goldberg, Alvin A & Carl E. Larson. 1985. Komunikasi Kelompok. ( Jakarta : Universitas Indonesia / 
      UI-PRESSS )

Share on Google Plus

About Dhiya

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 comments:

  1. sip, postingannya bagus nih, jadi nambah ilmu

    ReplyDelete
    Replies
    1. cari sumber lain juga ya,,., biar kamunya gk tersesat hehehe

      Delete