Metode Dakwah Bil Lisan, Bil Kalam dan Bil Hal


Adapun penggolongan metode dakwah di atas (bil Lisan, bil Kalam dan bil Hal) dapat dilihat di tabel sebagai berikut :
Tabel, Penggolongan Metode Dakwah
Bentuk Dakwah bil Lisan
Bentuk Dakwah bil Kalam
Bentuk Dakwah bil Hal
Metode Mauizah al Hasanah (ceramah), al
Metode Karya tulis, seperti : Tulisan
Metode Pemberdayaan,
Mujadalah (diskusi), al Hikmah, Konseling, Diayah ila al Khayr, Amar bi al Makruf, Nahy bi al Munkar, Tasyhid, ibda bi al Nafsik, Nazh al alamiy, Ibarat al Qasas, Amsal, Tabsyir, Tazkiyah, Doa, Tasyir, Tandzir, Tadzkir, pendidikan dan pengajaran agama, percakapan antar pribadi, deminstrasi, dakwah bil qolbi, bit taubah dan bil jidaal.
ilmiah, spanduk, cerita, berita, tulisan sastra, yang semuanya bersifat mengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran.
metode kelembagaan, metode mengunjungi rumah (home visit), metode dakwah bil yaad, bin nikah, bil maal, bil hijrah, bil jihad, dan bil rihlah.

A.    Metode Dakwah Bil Lisan
Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah, serta kenyataan dakwah yang terjadi di lapangan, maka di dalam Al-Quran al-Karim telah meletakkan dasar-dasar metode dakwah dalam sebuah surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
Artinya: “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”
Dari  ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah meliputi: hikmah, mau’idhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik. Menurut Imam al-Syaukani, hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau menurut penafsiran hikmah adalah argumen -rgumen yang kuat dan meyakinkan. Sedangkan mau’idhah hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, Sedangkan diskusi dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan  cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada.[1]
Dakwah bil lisan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW (baca QS. Al Ikhlas, 112: 1-4), yaitu Islamisasi via ucapan. Beliau berkewajiban menjelaskan pokok-pokok dan intisari ajaran Islam kepada umatnya (kaum muslimin) melaui dialog dan khutbah yang berisi nasehat dan fatwa. Selain itu beliau juga mengajarkan kepada para sahabatnya, setiap kali turunnya wahyu yang dibawa Malaikat Jibri, yang kemudian dilafalkan dan ditulis di pelepah kurma.[2] Adapun dakwah bil lisan mencakup beberapa hal diantaranya:
a.       Metode Dakwah bil Hikmah
Kata “hikmah” dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 20 kali, baik dalam nakirah maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukuman” yang diartikan secara  makna aslinya yaitu mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut al-Ashma’i adal mula didirikan hukuman (pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari perbuatan zalim.[3]
Adapun metode dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad, antara lain melakukan dakwah bil hikmah (baca QS. An-Nahl, 16:125), yaitu memeberikan teladan yang terbaik dalam sikap dan perilaku, dengan selalu sopan santun kepada siapapun. Hal ini kemudian diistilahkan dengan akhlaqul-kharimah. Beliau mendapat predikat dari langit “uswatun hasanah” (baca QS. Al-Ahzab, 33:21) yang bermakna teladan terbaik dan terpuji. Dengan metode tersebut, puluhan sampai ribuan orang Arab yang tertarik terhadap ajaran Islam, yang kemudian mengucapkan syahadatain (pengakuan terhadap Allah dan Rasul-Nya, Muhammad SAW).[4]
Keunggulan Dakwah Bil Hikmah yaitu : Sifatnya yang sederhana, tidak memerlukan biaya yang besar, dan tidak memerlukan keterampilan yang lebih.[5] Kelemahannya yaitu : Terkadang membuat mad’u jadi jenuh dan bosan, cenderung mad’u pasif, dan tidak kontekstual dengan mad’u.
b.      Metode Dakwah Al Mau’idhah Al-Hasanah
Terminologi mau’idhah hasan dalam prespektif dakwah sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagaman (baca dakwah atau baligh) seperti Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, istilah mau’idhah hasanah mendapat porsi khusus  dengan sebutan “acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan suatu acara. Namun demikian agar tidak menjadi salah paham, maka di sini akan dijelaskan pengertian mau’idzah hasanah. Secara bahasa mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari bahasa Arab yaitu wa’adza-ya’idzu-wa’dzan yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan.
Keunggulan Al Mau’idhah Al-Hasanah yaitu : Pesan-pesan atau materi yang di sampaikan bersifat ringan dan informatif, tidak mengundang perdebatan, dan sifat komunikasinya lebih banyak searah dari dai ke audiens.[6] Kelemahannya yaitu : Materi tidak akan selamanya mengena dengan kebutuhan mad’u yang bersifat dinamis, tidak kontekstual dengan mad’u, dan tidak lebih dari kurangnya penguasaan metodologi dakwah, baik pada ranah dai, materi, maupun mad’u.[7]
c.       Metode Dakwah Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu denagn yang lainnya salaing menghargai dan menghormati penapat keduannya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.[8]
Keunggulan Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan yaitu : Suasana dakwah akan tampak lebih hidup, dapat menghilangkan sifat-sifat individualistik, menimbulkan sifat-sifat yang positif yaitu berpikir sistematis dan logis, dan materi akan dipahami secara mendalam. Kelemahannya yaitu : Bila terjadi perbedaan pendapat antara dai dengan penanya atau sasaran dakwah akan memakan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya, penanya kadang-kadang kurang memperhatikan jika terjad penyimpangan, dan jika jawaban dai kurang mengena pada sasaran pertanyaan, penanya dapat menduga yang bukan-bukan terhadap dai, misalnya dai di rasa kurang pandai atau kurang memahami materi yang di sampaikan.[9]

B.     Metode Dakwah Bil Kalam
Pengertian dakwah bil qalam yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. lewat seni tulisan (Kasman 2004: 120). Pengertian dakwah bil qalam menurut Suf Kasman yang mengutip dari Tasfir Departemen Agama RI menyebutkan definisi dakwah bil qalam, adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah Swt. melalui seni tulisan.
Penggunaan nama “Kalam” merujuk kepada firman Allah SWT, “Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya” (Q.S. Al-Qolam:1).
Maka, jadilah Dakwah Bil kalam sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yaitu dengan membuat tulisan di media massa. Karena menyangkut tulisan, Dakwah Bil kalam bisa diidentikkan dengan istilah “Da’wah Bil Kitabah” (dakwah melalui tulisan).
            Metode ini telah diaplikasikan pada zaman Rasulullah. Karena, pada saat itu, tradisi tulis menulis sudah berkembang. Terbukti ketika Rasulullah menerima wahyu, beliau langsung memerintahkan kepada para sahabat yang memiliki kemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahal saat itu secara teknis sulit untuk melakukan tulis-menulis disebabkan belum tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis pena, disamping budaya yang kurang mendukung. Tetapi para sahabat berupaya untuk melakukannya. Begitu juga terhadap hadits Rasulullah, sebagian sahabat yang memiliki  kemampuan menulis dengan baik banyak yang menulis hadits, meskipun ada sebagian riwayat yang mengatakan bahwa sahabat dilarang untuk menulis
Hadits.[10]
            Seperti yang dikatakan Ali Bi Abi Thalib “Tulisan adalah tamannya para ulama,”. Lewat tulisan-tulisanlah para ulama “mengabadikan” dan menyebarluaskan pandangan-pandangan keislamannya. Dakwah Bil Kalam yang telah dilakukan para ulama salaf dan cendekiawan muslim terdahulu, telah melahirkan sejumlah “kitab kuning”. Mungkin, jika tidak dituangkan dalam tulisan, pendapat para ulama dan mujtahid sulit dipelajar dan diketahui dewasa ini.
Keunggulannya yaitu : Materi dapat mengena langsung dan dapat di kenang oleh mad’u, seandainya lupa bisa di lihat dan di pelajari lagi materi dakwahnya, dan dapat di pelajari dan di hafal. Kelemahannya yaitu : Mengeluarkan biaya besar, tidak semua orang bisa membaca, karena sasaran dakwah tidak hanya pada anak remaja dan dewasa, anak kecil dan orang tua pun menjadi sasaran dakwah, dan tidak sedikit orang yang malas membaca, mereka lebih senang mendengarkan dan melihat.

C.    Metode Dakwah Bi al-Hal
Dakwah bi al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar penerima dakwah (al-Mitra dakwahlah) mengikuti jejak dan hal ikhwal da’i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali Rasulullah SAW tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Hal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.[11]
Adapun beberapa hal yang mendasari keefektifan metode dakwah, misalnya saja dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah sebagaimana yang direkontruksikan oleh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yaitu:
1.      Untuk melakukan atau meningkatkan sesuatu ada dua hal dasar yang mempengaruhi watak manusia yaitu pengaruh luar atau lingkungan dan pengaruh dari dalam atau keturunan. Dengan demikian aktivitas suatu kelompok sosial akan sangat mempengaruhi individu yang berada disekitarnya. Dalam dakwah Islam da’i (kelompok sosial kolektif) akan mempengaruhi mad’u.
2.      Suatu kelompok manusia akan menjadi masyarakat yang sebenarnya bila mana anggota masyarakat telah melakukan imitasi yaitu saling tiru meniru, saling ikut mengikuti dan saling contoh mencotoh terhadap aktifitas anggota lainnya.
3.      Bersamaan dengan terjadinya struktur dalam interaksi kelompok, maka terbentuklah norma-norma tingkah laku khas antara anggota kelompok. Norma ini merupakan pedoman untuk mengatur pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam berbagai situasi sosial
Contoh lain dari metode dalam dakwah bi al-hal adalah metode kelembagaan, yaitu pembentukan dan pelestarian norma dalam wadah oragnisasi sebagai instrumen dakwah. Untuk mengubah perilaku anggota melalui isntitusi. Pendakwah harus melewati proses fungsi- fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), dan pengendalian (controlling).[12]
Keunggulannya yaitu : Dai dapat mengetahui langsung apa permasalahan mad’unya tentang agama, dapat menaungi umat Islam dari kebutaan agama, dan materi dapat mengena langsung, sesuai dengan kebutuhan mad’u. Kelemahannya yaitu : Masyarakat jarang yang menggunakan lembaga tersebut, memerlukan keterampilan yang lebih, dan mengeluarkan biaya yang besar.

          Referensi:
1.      Yaqub, Ali Mustafa. 2000. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Pejaten Barat: PustaPustaka Firdaus)
2.      Shaifuddin, Asep & Sheh Sulhawi Rubba, 2011. Fikih Ibadah Safari ke Baitullah(Sura(Surabaya:  Garisi)
3.      Saputra, Wahidin. 2012. Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Raja Gafindo Persada)
4.      Wachid, Abdul. 2005. Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Altajdidstain, Metode Dakwah Bil Hal, (diakses pada 27 Mei 2014 dari http://http://altajdidstain.blogspot.com/2011/02/metode-dakwah-bil-h._09.html)



[1] Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Pejaten Barat: Pustaka Firdaus, 2000), h. 121-122
[2] Asep Shaifuddin, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari ke Baitullah, (Surabaya:  Garisi, 2011),h. 28
[3] Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Raja Gafindo Persada, 20012), h. 244
[4] Asep Shaifuddin, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari ke Baitullah, (Surabaya: Garisi, 2011),h. 27
[5] Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h 117
[6] M Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h 359
[7]Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, h 119.
[8] Ibid, h. 254
[9]Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dalam Islam, h 127
[10] Abdul Wachid, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.
223.
[11] Altajdidstain, Metode Dakwah Bil Hal, (diakses pada 4 April 2016 dari http:// altajdidstain.blogspot.com/2011/02/metode-dakwah-bil-h._09.html)
[12] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah,  2009), h. 381
Share on Google Plus

About Dhiya

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 comments:

  1. saya IBU KARMILA posisi sekarang di malaysia
    bekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
    setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
    sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
    sempat saya putus asah dan secara kebetulan
    saya buka FB ada seseorng berkomentar
    tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
    melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
    karna di malaysia ada pemasangan
    jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
    saya minta angka sama AKI NAWE
    angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
    terima kasih banyak AKI
    kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
    rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
    bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
    terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
    jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
    karna prediksi AKI tidak perna meleset
    saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan

    ReplyDelete