FILM ini berhasil menarik opini publik melalui kampanye (film).
Dari perspektif Ekonomi dapat ditarik
beberapa rangkuman poin yaitu :
- Kehadiran pabrik Semen, akan merusak kehidupan petani (pendapat warga Samin). Dimana dengan adanya pabrik semen sumber air di daerah tersebut mati, padahal tidak ada pabrik mereka sudah sejahtera.
- Dalam sebuah portal berita http://jogja.tribunnews.com dituliskan bahwa, Aksi yang diprakarsai pengikut Sedulur Sikep (Samin Surosentiko) yang telah memiliki sejarah panjang melewan kolonialisme Belanda di tanah Jawa sejak 1890. Mengapa mereka menolak penambangan karst di Jawa, karena sebagian besar karst pegunungan kendeng telah menjadi sumber pengairan bagi pertanian pruduksi.
“Silahkan membangun pabrik semen di daerah yang karst-nya tidak
berhubungan dengan lahan pertanian, dan di daerah yang harga semennya mahal,
sehingga lebih dekat dan murah untuk konsumen,” kata Gunretno, tokoh seludur Sikep
dari Pati.
Tak hanya itu Gunarti, tokoh Sudulur Sikep lainnya menambahkan
bahwa penolakannya terhadap pendirian pabrik semen karena takut kehilangan mata
pencaharian, yaitu bertani.
Perlawanan ini adalah benteng pertahanan terakhir kaum Samin,
karena bertani adalah satu-satunya sumber penghasilan. Sebab berdagang menjadi
pantanga bagi para pengikut Sudulur Sikep ini.
Dandhy Laksono menuturkan, film ini adalah bagian dari ekspedisi
Indonesia Biru. Menurutnya, Biru yang dimaksud adalah sebutan untuk ekonomi
hijau. Berangkat dari latar belakang, produk pertanian organik atau mebel yang
dianggap ‘hijau’ atau bersertifikasi ramah lingkungan, harganya justru tak
terjangkau orang kebanyakan.
- Dulunya uang Rp.2.000.000 juta perbulan sudah lebih dan hanya terpakai Rp.1.200.000 ribu karena ada hasil alam yang bisa dimanfaatkan yaitu air. Masyarakat memanfaatkan hasil alam untuk hidup, misalnya kotoran sapi diolah menjadi pupuk. Dengan menggunakan pupuk dari kotoran hewan bisa mengurangi pengeluaran perbulan.
Dampak konflik film “Samin vs Semen” kemudian daftar perlawanan
warga samin yang tertulis di film tersebut yaitu:
- Tahun 2006, PT Semen Gresik akan membangun pabrik di kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, warga samin menolak karena mengancam pertanian dan mata air.
- Tahun 2009, warga samin memerangi gugatan di PTUN hingga MA sihingga PT Semen Gresik mundur dari Pati dan pindah ke kecamatan Gunem, kabupaten Rembang.
Kemudian pada tahun 2010, Grup Indocement masuk Pati dengan rencana
pabrik di kecamatan Kayen dan Tambakromo, tetangga desa orang-orang samin. PT
Semen Indonesia berhasil masuk Rembang dan mendirikan pabrik mulai 17 Juni
2014. Kini warga Pati dan Rembang dibantu orang-orang Samin menghadapi Semen
Indonesia dan Grup Indocement.
Perubahan yang terjadi setelah konflik tersebut terlihat sebagian
warga yang mulai beralih profesi, dari petani menjadi tukang angkut. Sejak
lahan di desanya terjual 30 persen dari total luas tanah pertanian, warga
beramai-ramai membeli truk untuk angkutan atau sudah beralih profesi
(meninggalkan) pertanian.
Tulisan ini hanya untuk memenuhi Tugas Kuliah
Jika banyak terdapat kekurangan dari segi Ekonomi dari tulisan diatas, silahkan cari tambahan di beberapa sumber lainnya.
Jika banyak terdapat kekurangan dari segi Ekonomi dari tulisan diatas, silahkan cari tambahan di beberapa sumber lainnya.
0 comments:
Post a Comment