Sudah Kreatif, Bagaimana Dengan Kesehatan Mereka?

FOTO : Infobdg.com
Oleh: Dhiya Urahman
(Mahasiswa Komunikasi & Penyiaran Islam FDK UIN Ar-Raniry)

Perkembangan globalisasi semakin hari yang terus meningkat, ternyata masih ada orang-orang yang berpikir kreatif, peduli lingkungan dan peka terhadap perubahan. Menurut Fitryan Dennis, dalam bukunya yang berjudul Berpikir Kreatif, (hal;4) berpikir kreatif merupakan cara berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni.

Di Indonesia salah satu kota yang dikenal sebagai kota kreatif adalah kota Bandung, kota ini juga disebut dengan kota kembang yang memiliki segudang karya-karya kreatif luar biasa. Seperti halnya warga Dago Pojok, salah satu kampung yang ada di Bandung. Warga kampung ini dikenal sebagai masyarakat yang kreatif dan memiliki segudang karya seni. 

Pemukiman ini merupakan kampung kreatif yang pertama di kota Bandung. Hal tersebut diperkuat dengan apresiasi dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau Kang Emil yang mengunjungi sekaligus mengapresiasi kampung kreatif Dago Pojok pada Minggu 21 Mei 2017.

Kampung kreatif tersebut diinisiatori oleh Ahmad Jabaril yang memulai pemetaan tahun 2003-2009 kemudian launching tahun 2011. Kampung kreatif Dago Pojok berada tepat di RT 2 RW 3, rasa cinta warga terhadap hal-hal yang berbau seni dan kreasi tampak pada dinding-dinding gang, yang dihiasi dengan lukisan-lukisan dan hasil sentuh tangan warga itu sendiri.

Mempertahankan Nilai Leluhur

Kampung Dago Pojok dikenal dengan kampung yang kreatif, bahkan sebagian masyarakat menganggap warga Dago Pojok sudah mandiri, terutama segi ekonomi dan pendidikan. Publikasi yang baik yang diterbitkan di media, membuat pengunjung tertarik datang yang tidak hanya dari penduduk Indonesia, kampung ini juga sudah dikunjungi oleh plancong dari luar negeri.

Selain itu, kampung ini juga terkenal dengan kampung dengan masyarakat yang kreatif di bidang kesenian, dan mempertahankan nilai-nilai leluhurnya. Dalam pemukiman ini terdapat beberapa kreasi seni yang membuat Anda tertarik untuk mencobanya, seperti; seni kolase, membatik, sablon, kriya, puzzle, dan wayang golek.

Setsiap tahunnya, kampung ini setiap tahun mengadakan festival tahunan khas Jawa Barat. Dalam festival biasanya akan ditampilkan beberapa kesenian seperti wayang golek, jaipongan, celempungan, calung, kacapi-suling, tarawangsa, karinding, reak, juga seni modern.

Jika dilihat dari segi perekonomian, kampung ini sudah diakui sebagai kampung yang mandiri dan kreatif. Masyarakat sudah mampu melahirkan karya seni hanya dengan menanamkan kemauan belajar.
Bagaimana dengan Kesehatan?

Beranjak dari hal kreatifitas, apakah warga kampung Dago Pojok memperhatikan segi kesehatan, baik itu lingkungan dan kondisi air di sekitar?

Sudut pandang kesehatan, yang berhasil penulis pantau ialah perhatiaan kampung ini masih memiliki banyak sekali permasalahan, misalkan saja air bersih, baik itu air keperluan mandi, cuci piring dan lain-lain.

Sebagian rumah warga sudah memiliki air yang bening, kemudian ada juga sebagiaan rumah warga belum mendapatkan air yang layak. 

Toilet di kampung Kreatif Dago Pojok masih belum layak pakai, dilihat dari segi dinding toilet masih belum tertutup rapat. “Toilet di daerah sini belum terealisasi” ujar Rahmat Jabaril, inisiator kampung Kreatif Dago Pojok.

Kemudian, di beberapa sudut desa masih ada genangan air, air mandi tidak bersih dan keadaan toilet yang belum terealisasikan. Genangan air yang ada di sekitaran rumah warga akan menyebabkan nyamuk bersarang.

Dilansir dari lifestyle.kompas.com. Angka kematian akibat Demam Berdarah (DBD) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai sekitar 907 jiwa, dan tahun 2015 ditemukan 214 juta orang terinfeksi malaria dan 438.000 di antaranya meninggal.

Secara keseluruhan kampung kreatif Dago Pojok sudah maju secara ekonomi, pendidikan belajar gratis, dan ditambah pendidikan kreatif. Tetapi dari segi kesehatan, mereka belum bisa terjamin, apakah masyarakat kampung ini tahu bagaimana mendapatkan hak di puskesmas? Kemudian jika kita lihat dari segi sanitasi, kondisi kamar mandi tidak layak dan air bersih yang belum terjamin kebersihannya.

Efektivitas pelayanan kesehatan terhadap pasian sangat berpengaruh, kenapa? Karena dengan pelayanan yang baik maka masyarakat akan tersentuh emosionalnya supaya rutin berobat.

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya.

Di Indonesia, pemerintah sudah memudahkan masyarakat untuk berobat dengan menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Kartu ini bisa dimiliki oleh dua golongan yaitu :

Pertama. Peserta yang tergolong Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu fakir miskin dan tidak mampu dengan penetapan peserta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kedua. Peserta yang tergolong Bukan Penerima Bantuan (BPB) atau dengan kata lain, peserta yang membayar iuran dengan presentase tertentu sesuai di lembaga mana peserta bekerja atau dibayar seluruhnya secara pribadi.

Kesadaran Warga Dago Pojok

Sebagian warga di kampung ini sudah mempunyai kesadaran akan haknya untuk berobat dengan kartu BPJS kesehatan. Bagi warga yang masih tergolong miskin, sangat bersyukur dan sangat terbantu dari hal pengobatan gratis. Namun, ada sebagian warga yang merasa sudah mampu sehingga tidak mau mengakses kartu tersebut.

“Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang sudah memiliki ekonomi menengah ke atas, jadi mereka gengsi,” kata Heru salah satu warga kampung kreatif Dago Pojok.

Bagi masyarakat yang tergolong dalam kategori tidak mampu, sangat bersyukur adanya pelayanan BPJS sehingga sangat membantu mereka dalam hal medis, “kadang-kadang obatnya seperti obat yang kita beli,” jelas Heru.

“Tapi kadang-kadang tidak ada obat, jadi dikasih resep untuk beli di luar,” tambahnya.

Selain memudahkan masyarakat, ternyata ada hal yang membuat masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan pihak puskesmas. Dari penyataan yang dikeluarkan oleh salah seorang masyarakat kampung tersebut, ternyata pernah kejadian stok obat habis, jadi masyarakat harus mengeluarkan uang untuk membeli obat.

“Ya, kalau obat habis mah, harus beli kadang habis Rp. 200.000,” ungkap Heru penduduk kampung kreatif Dago Pojok.

Kemudian saat saya mengajak berbincang Rahmat Jabaril seputar kampung kreatif Dago Pojok. Ia mengungkapkan satu kasus yang tidak layak dikerjakan, ada satu kasus yang aneh terkait dana raskin atau dana untuk masyarakat miskin.

“kemaren ada kasus, salah satu RT mengajukan data orang miskin, dalam data tersebut yang diajukan kebanyakan saudara-saudaranya yang punya mobil, inilah, itulah,” jelasnya.

Membuat pelayanan kesehatan mandiri di kampung kreatif Dago Pojok ini sangat bagus, jadi masyarakat luas melihat kampung ini, tidak hanya kreatif di bidang pendidikan, ekonomi dan kesenian. Tetapi mereka juga kreatif di bidang kesehatan. “Kita belum kepikiran kesitu, karena sudah ada ibu-ibu PKK, jadi kita lebih konsen di wilayah kreativitas saja,” kata Rahmat Jabaril pendiri kampung kreatif Dago Pojok.

“Kita juga tidak mau pemerintah merasa tersaingi,” ujar Rahmat.

Untuk target utama yang ideal ialah, kampung ini benar-benar menjadi basis budaya, pendidikan dan perekonomian, jadi mereka menganggap kampung ini seperti rumahnya sendiri.

Dulu inisiator kampung kreatif Dago Pojok pernah meriset ibu-ibu hamil yang meninggal. Menurut laporan ada 10 orang yang meninggal dalam setahun. Penyebab mereka meninggal juga tidak jauh kaitannya dengan transparansi dan pelayanan dari perawat setempat, pun termasuk kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk pergi ke Puskesmas.

Jika hanya memikirkan ekonomi, tanpa memikirkan kesehatan maka kegiatan perekenomian tidak akan bisa terjalankan. Kita berharap semoga masyarakat mempunyai motivasi untuk menjaga kesehatan, lingkungan sekitar dan gemar ke Puskesmas. Tidak hanya kampung Dago Pojok, tetapi kampung-kampung di seluruh Indonesia yang sudah maju dan mandiri juga termasuk di dalamnya.

Ingatlah! Tertingal ataupun maju, masyarakat sama-sama mempunyai hak untuk mengakses pelayanan kesehatan yang dibiayai oleh negara.

#AyoKePuskesmas

Karena masyarakat yang hebat adalah masyarakat yang sehat.

Bandung, Jawa Barat 09 November 2017
Penulis,

Dhiya Urahman
Mahasiswa Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam FDK UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Email; dhiyaurahman954@gmail.com
Share on Google Plus

About Dhiya

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment