Teknologi Informasi & Dakwah Islam Di Tengah Globalisasi


“TEKNOLOGI INFORMASI & DAKWAH ISLAM DI TENGAH GLOBALISASI”

A.            Memaknai Globalisasi Sebagai Peluang.
Adanya globalisasi teknologi komunikasi ini menciptakan kemudahan dalam mengakses informasi dan sebagainya. Hal itu tentunya menjadi tantangan yang cukup serius bagi umat Islam. Oleh karena itu,umat Islam harus membentengi diri dengan melakukan filterisasi terhadap akses informasi yang masuk. Terutama yang berkaitan dengan budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Disamping itu umat islam tidak boleh membentengi diri semata, namun lebih dari itu, umat islam harus ikut dalam pencaturan globalisasi. Collin Cherry dalam Mohd. Rafid mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah explosion. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
pertama, secara potensial teknologikomunikasi dapat menjangkau seluruh permukaan bumidalam waktu sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasitelah berlipat ganda secara geometrik. Ketiga, kompleksitas teknologinyasendiri sudah semakin canggih ( sophisticated ), baik piranti lunaknya (software) maupun piranti kerasnya (hardware).[1]
Ungkapan Cherry tersebut seolah menjelaskan kepada umat Islam untuk bersikap responsif dan cepat terhadap teknologi infromasi, karena perkembangannya yang terus mengalami peningkatan secara pesat. Jika demikian, ketika umat Islam tidak bisa bertindak secara cepat dalam memanfaatkan era globalisasi teknologi informasi ini, maka pastilah umat Islam akan tertinggal dengan umat-umat lain.
Globalisasi pada hakikatnya juga telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia.[2] Oleh karena itu, tentunya hal ini menjadi peluang besar bagi umat Islam untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam di tengah era keterbukaan global. Karena pokok persoalan yang dihadapi umat Islam pada zaman sekarang adalah dampak sosial budaya masyarakat industri dan informasi dari teknologi. Masyarakat yang demikian cenderung mengalami sebuah proses yang disebut dengan objektivitas manusia, yaitu terperangkapnya manusia kedalam kerangka sistem budaya dan teknologi sedemikian rupa, sehingga dirinya menjadi komponen yang amat tergantung pada sistem tersebut.[3] Ketergantungan masyarakat terhadap sistem informasi harus dijawab dengan memberikan formula dakwah yang berbasis pada teknologi informasi

B.            Peran Media dan Teknologi Komunikasi
Media dan teknologi komunikasi memiliki fungsi utama sebagai sarana untuk melakukan aktivitas komunikasi.[4] Utamanya adalah komunikasi massa. Melalui media, pesan yang disampaikan akan dapat dengan cepat diterima oleh khalayak, sebagaimana yang dijelaskan oleh Djalaluddin Rakhmat bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Pengertian komunikasi massa di atas mengindikasikan bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi terutama elektronik memiliki satu kelebihan, yakni efektifitas waktu. Hal itu disebabkan karena kecanggihan teknologi komunikasi yang telah berhasil menghapus ruang geografis dalam kehidupan manusia. Sehingga keberadaannya kini menjadi sangat urgen bagi kehidupan manusia di dunia.
Peran teknologi komunikasi dalam kehidupan manusia pun sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, kini manusia dan media sudah tidak bisa (baca: sangat susah) untuk dipisahkan. Media telah menjadi kebutuhan vital bagi kehidupan manusia modern. McQuail dalam Henry Subiakto setidaknya memberikan pandangan tentang peran media bagi kehidupan manusia modern.
Pertama, media massa sebagai window on events andexperience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak “melihat apa yang sedang terjadi di luar sana ataupun pada diri merekasendiri.
Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of events insociety and the world, impliying a faithfull reflection. Yaitu, Cermin
dari berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat dan dunia.
Ketiga, media massa juga dianggap sebagai filter atau gate kepper yang menyeleksi berbagai macam hal untuk diberi perhatian atau tidak.
keempat, mediamassa seringkali dianggap sebagai penunjuk jalan atau interpreter, yangmenerjemahkan dan menunjukkan arah atas ketidak pastian atau alternatif yang beragam.
Kelima, media dipandang sebagai sebuah forum untuk mempresentasikan berbagai informasi, gagasan, dan ide-ide kepada khayalak, sehingga memungkinkan terjadinya tenggapan dan umpan balilk (feedback ). dan
Keenam, media massa dipandang sebagai interlocutor, yangtidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partnerkomunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif.[5]
          Peran media sebagaimana dijelaskan oleh McQuail diatas mengindikasikan adanya ketergantungan manusia modern terhadap media. Ketergantungan yang dimaksud misalnya manusia modern sudah meyakini segala sesuatu yang disampaikan oleh media adalah refleksi atas kejadian nyata yang sedang berlangsung di dunia. Meskipun pada dasarnya media memiliki sudut pandang tersendiri terhadap sebuah peristiwa, dan jika interpretasi media terhadap peristiwa tersebut disebarluaskan melalui media secara global, tidak mustahil interpretasi tersebut akan menjadi kebenaran. Selanjutnya, dari informasi yang disampaikan itulah kemudian melahirkan opini publik.
Dalam kehidupan sehari-hari saja, masyarakat sudah “dicekoki”dengan informasi dari berbagai media. Tujuannya kurang lebih untuk mengkonstruk pemikiran khalayak akan realitas semu yang ditampilkan oleh media seolah-olah adalah realitas yang sesungguhnya. McQuail sebagaimana yang penulis sebutkan di atas menjelaskan bahwa media
juga bisa diposisikan sebagai sarana untuk pertukaran ide, gagasan, dan pemikiran terhadap khalayak umum, yang tentu saja mengharapkan umpan balik. Oleh
karenanya, jika umat Islam dapat menangkap tantangan ini dan merubahnya menjadi peluang yang strategis, maka dakwah Islam akan berjalan sangat efektif.
Namun sebaliknya, jika umat Islam tidak bisa memanfaatkannya, maka umat Islam hanya akan menjadi “sasaran” darikerasnya percaturan globalisasi.

C.            Strategi Dakwah Melalui Teknologi Komunikasi
Tantangan pada zaman modern, seperti yang saya sampaikan di atas adalah tantangan menghadapi budaya masyarakat modern yang sangat bergantung kepada teknologi. Menjawab tantangan itu, Islam harus membuat strategi dakwah yang berbasis pada pemanfaatan teknologi modern. Seperti pemanfaatan jejaring sosial (social network), website, aplikasi-aplikasi Mobile, dan sebagainya. Termasuk menggunakan strategie paper yang saat-saat ini sedang digandrungi oleh masyarakat luas. Pasalnya selain ramah lingkungan, e-paper dirasa lebih praktis dan efisien, khususnya dalam pemanfaatan ruang dan meniadakan penggunaan bahan baku kertas sebagai bahan dasarnya.
Brittney G. Chenault mengatakan bahwa ketika berbicara tentang internet bukan hanya berbicara tentang teknologi, informasi, komunikasi (percakapan) antar seseorang dengan orang lain, atau sekadar melakukan pertukaran informasi melalui e-mail. Lebih dari itu, menurutnya internet adalah partisipasi massa secara langsung dan keseluruhan tanpa adanya batasan dalam melakukan proses komunikasi. Komunikasi bisa dikatakan sebagai fondasi, sedangkan internet adalah wadah atau komunitas. Pernyataan Brittney tersebut semakin menguatkan bahwa model komunikasi yang diciptakan oleh teknologi internet adalah komunikasi massa yang melibatkan khalayak banyak dalam aktivitasnya.
Hal ini menciptakan peluang besar bagi da’i untuk melebarkan sayap dakwahnya ke seluruh penjuru dunia dan seluruh masyarakat lintas negara maupun bahasa. Islam sebagai agama dakwah tentu tidak bisa diam melihat  peluang yang besar ini untuk menyampaikan pesan yang bersifat dakwah melalui internet. Arus globalisasi tak selamanya harus dimaknai sebagai bentuk “kolonialisasi” Barat atas dunia Islam, akan tetapiglobalisasi juga bisa dimaknai sebagai sebuah peluang untuk melakukandakwah yang bersifat global pula.
Salah satu strategi dalam melakukan aktivitas dakwah yang
berbasis pada internet adalah dengan memanfaatkan layanan yang tersedia dalam internet seperti website, jaringan sosial (social network ) baik facebook ataupun twitter dan sebagainya. Termasuk penciptaan aplikasi-aplikasi dakwah melalui smartphone yang lebih mudah dan praktis. Dengan memanfaatkan media-media tersebut artinya melakukan aktivitas dakwah lintas sektoral dan lintas geografis, karena sekali lagi dakwah melalui internet adalah dakwah yang bersifat global. Meski tidak menutup kemungkinan media tersebut juga bisa digunakan sebagai media dakwah antar personal. Pemanfaatan media internet sebagai media dakwah mengingat pengguna internet sebagaimana dilansir oleh internet world stats di dunia mencapai 2.405.518.376 orang, di mana 44,8% nya adalah dari Asia. Beberapa layanan jejaring sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah antara lain:
Facebook, twitter, Website, Blog, Pembuatan E-book dan lqain sebagainya.

Kesimpulan
Tantangan dakwah Islam saat ini adalah menghadapi masyarakat yang telah bergantung kepada teknologi modern, sehingga para da’i harus jeli memanfaatkan hal ini sebagai peluang untuk melaksanakan aktivitas dakwah yang bersifat global dan modern. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa para da’i harus mengubah tantangan globalisasi media dan teknologi komunikasi ini sebagai sebuah peluang.
Dengan kemudahan dalam mengakses segala informasi, tentunya perlu disadari akan pentingnya filterisasi terhadap segala arus informasi yang masuk, yang itu tidak sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip ajaran Islam. Dakwah melalui media internet selain efisien dan cepat, juga sebagai jawaban atas kesiapan umat Islam menghadapi arus globalisasi. Di sampingitu, sebagaimana yang dilansir oleh internet worldstats, pada juni 2012 saja sudah mencapai angka 2.405.518.376 pengguna, yang tersebar di seluruh dunia, dan tidak mustahil data tersebut akan terus meningkat di setiap tahunnya. Saat ini, umat Islam harus menggunakan berbagai macam media yang dirasa lebih efektif untuk menunjang aktivitas dakwah. Salah satunya adalah internet, karena media tersebut banyak digunakan oleh manusia-manusia modern. Dengan menggunakan media internet, maka dakwah akan bisa lebih menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini.

Referensi: 
Mohd. Rafiq, “Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam di Era Globalisasi Informasi”,
Jurnal Analityca Islamica,
(2003), 149-168, http://idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf (diakses 12 april 2013).

Hadiono Afdjani, “Dampak Globalisasi Media Terhadap Masyarakat danBudaya Indonesia”, (2007), http://jurnal.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/04/blcom-04-vol2-no2 april2007.pdf (diakses 12 april 2016)
Abdul Munir Mulkhan, 2010. Ideologisasi Gerakan Dakwah; Episod Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, (Jogjakarta: Sipress)

Richard West dan Lynn H. 2007. Turner,Introducing Communication Theory, Third Edition, (New York: The McGraw Hill)





[1] Mohd. Rafiq, “Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam di Era Globalisasi Informasi”,
Jurnal Analityca Islamica, Vol.5, No.3,
(2003), 149-168, http://idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf (diakses 17 Juni 2013).
[2] Hadiono Afdjani, “Dampak Globalisasi Media Terhadap Masyarakat danBudaya Indonesia”, (2007), http://jurnal.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/04/blcom-04-vol2-no2-april20071.pdf (diakses 15 juni 2013)
[3] Abdul Munir Mulkhan,
Ideologisasi Gerakan Dakwah; Episod Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir,
(Jogjakarta: Sipress, 1996), 210.
[4] Richard West & Lynn H. Turner,Introducing Communication Theory, Third Edition,(New York: The McGraw Hill, 2007), 5

[5] Henry Subiakto dan Rachmah Ida,Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi,
(Jakarta: Kencana, 2012), 106.
Share on Google Plus

About Dhiya

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment