Dengan mempelajari hubungan komunikasi
politik dengan kestabilan perilaku politik sangat bermanfaat, kenapa.? Karena
dengan mempelajarinya kita bisa mengetahui hubungan komunikasi politik yang
baik, kemudian bisa melihat apakah perilaku para politikus berjalan dengan
stabil. Artinya tidak ada yang melakukan unsur kecurangan dalam hal berpolitik.
Sikap & tingkah laku politik seseorang menjadi suatu obyek penanda
gejala-gejala politik yang akan terjadi pada orang tersebut dan orang-orang
yang berada di bawah politiknya. Contohnya ialah jikalau seseorang telah
terbiasa dengan sikap dan tingkah laku politik yang hanya tahu menerima,
menurut atau memberi perintah tanpa mempersoalkan atau memberi kesempatan buat
mempertanyakan apa yang terkandung dalam perintah itu. Dapat diperkirakan orang
itu akan merasa aneh, canggung atau frustasi bilamana ia berada dalam lingkungan
masyarakatnya yang kritis, yang sering, kalaulah tidak selalu, mempertanyakan
sesuatu keputusan atau kebijaksanaan politik.
Golongan elit yang strategis seperti para
pemegang kekuasaan biasanya menjadi objek pengamatan tingkah laku ini, sebab
peranan mereka biasanya amat menentukan walau tindakan politik mereka tidak
selalu sejurus dengan iklim politik lingkungannya. Golongan elit strategis
biasanya secara sadar memakai cara-cara yang tidak demokratis guna menyearahkan
masyarakatnya untuk menuju tujuan yang dianut oleh golongan ini. Kemerosotan
demokratisasi biasanya terjadi disini, walaupun mungkin terjadi kemajuan pada
beberapa bidang seperti bidang ekonomi dan yang lainnya.
Kebudayaan politik Indonesia pada dasarnya
bersumber pada pola sikap dan tingkah laku politik yang majemuk. Namun dari
sinilah masalah-masalah biasanya bersumber. Mengapa? Dikarenakan oleh karena
golongan elite yang mempunyai rasa idealisme yang tinggi. Akan tetapi kadar
idealisme yang tinggi itu sering tidak dilandasi oleh pengetahuan yang mantap
tentang realita hidup masyarakat. Sedangkan masyarakat yang hidup di dalam
realita ini terbentur oleh tembok kenyataan hidup yang berbeda dengan idealisme
yang diterapkan oleh golongan elit tersebut. Contohnya, seorang kepala pemerintahan
yang mencanangkan program wajib belajar 9 tahun demi meningkatkan mutu
pendidikan, namun pada aplikasinya banyak anak-anak yang pada jenjang
pendidikan dasar putus sekolah dengan berbagai alasan, seperti tidak memiliki
biaya. Hal ini berarti idealisme itu tidak diimplikasikan secara riil dan
materiil ke dalam masyarakat yang terlibat dibawah politiknya.
Sikap Idealisme berlebihan akan
menciptakan suatu ideologi yang sempit yang biasanya akan menciptakan suatu
sikap dan tingkah laku politik yang egois dan mau menang sendiri. Demokrasi
biasanya mampu menjadi jalan penengah bagi atas polemik ini. Demokrasi yang
dilakukan dengan musyawarah mufakat berusaha untuk mencapai obyektifitas dalam
berbagai bidang yang secara khusus adalah politik. Kondisi obyektif tersebut
berperan untuk menciptakan iklim pemerintahan yang kondusif di Indonesia.
Walaupun demikian, perilaku politik manusia di Indonesia masih memiliki
corak-corak yang menjadikannya sulit untuk menerapkan Demokrasi yang murni.
Corak
pertama terdapat pada golongan elite
strategis, yakni kecenderungan untuk memaksakan subyektifisme mereka agar
menjadi obyektifisme, sikap seperti ini biasanya melahirkan sikap berkuasa
sendiri/sewenang-wenang. Corak kedua terdapat pada anggota masyarakat biasa, corak ini bersifat emosional-primordial.
Kedua corak ini tersintesa sehingga menciptakan suasana politik yang berkuasa
sendiri/sewenang-wenang.
Sejauh
ini kita sudah mengetahui adanya perbedaan atau kesenjangan antara corak-corak
sikap dan tingkah laku politik yang tampak berlaku dalam masyarakat dengan
corak sikap dan tingkahlaku politik yang dikehendaki oleh Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Kita tahu bahwa manusia Indonesia sekarang ini masih
belum mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dalam sikap dan tingkah lakunya
sehari-hari. Kenyataan tersebutlah yang hendak kita rubah dengan nilai-nilai
idealisme pancasila, untuk mencapai manusia yang paling tidak mendekati
kesempurnaan dalam konteks Pancasila.
Yang
menjadi persoalan kini ialah bagaimana dapat menjadikan individu-individu yang
berada di masyarakat Indonesia untuk mempunyai ciri “dinamika dalam kestabilan”
yakni menjadi manusia yang ideal yang diinginkan oleh Pancasila. Sering kita
dengar tokoh politik yang malakukan korupsi, itu disebabkan karena terlalu
tinggi rasa memiliki dan sifat keegoisan tanpa mementingkan kepentingan rakyat
banyak. Maka disini diperlukanlah suatu proses yang dinamakan sosialisasi,
sosialisasi Pancasila. Sosialisasi ini dilakukan tidak hanya untuk masyarakat
biasa saja. Tetapi untuk para tokoh politikus juga harus memahami azas-azas
pancasila dengan Sosalisasi ini jikalau berjalan progressif dan berhasil maka
kita akan meimplikasikan nilai-nilai Pancasila kedalam berbagai bidang
kehidupan baik ekonomi, politik, sosial dan lain-lain. Dari penanaman-penanaman
nilai ini akan melahirkan kebudayaan-kebudayaan yang berideologikan Pancasila.
Proses kelahiran ini akan memakan waktu yang cukup lama.
Dua faktor yang memungkinkan keberhasilan
proses pembudayaan nilai-nilai dalam diri seseorang yaitu sampai nilai-nilai
itu berhasil tertanam di dalam dirinya dengan baik. Kedua faktor itu adalah:
- Emosional
psikologis, faktor yang berasal dari hatinya
- Rasio, faktor
yang berasal dari otaknya
Jikalau kedua faktor tersebut dalam diri seseorang
kompatibel dengan nilai-nilai Pancasila maka pada saat itu terjadilah
pembudayaan Pancasila itu dengan sendirinya. Melepaskan kebiasaan yang telah
menjadi kebudayaan yang lama merupakan suatu hal yang berat, namun hal tersebutlah
yang diperlukan oleh bangsa Indonesia. Sekarang ini bangsa kita
memerlukan suatu transformasi budaya sehingga membentuk budaya yang memberikan
ciri Ideal kepada setiap Individu yakni berciri seperti manusia yang lebih
Pancasilais. Transformasi ini memerlukan tahapan-tahapan pemahaman dan
penghayatan yang mendalam yang terkandung di dalam nilai-nilai yang menuntut
perubahan atau pembaharuan. Keberhasilan atau kegagalan pembudayaan dan beserta
segala prosesnya akan menentukan jalannya perkembangan politik yang ditempuh
oleh bangsa Indonesia di masa depan.
0 comments:
Post a Comment