MAKALAH FILSAFAT DAKWAH
A. LATAR BELAKANG
Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Dalam mempelajari Filsafat banyak sekali Manfaat yang bisa kita ambil dan kita petik guna untuk menjalani hidup yang sebaik-baiknya. diantaranya Fiillsafat membantu kita unntuk berfikir lebih Kritis dalam hal apapun. Didalam Filsafat dakwah juga banyak sekali hal-hal yang dikaji dan dipelajari secara kritis dan mendalam. Sebagai mana ilmu lain filsafat juga memiliki berbagai macam cabang-cabangya. Mempelajari filsafat adalah salah satu hal yang menarik dan banyak diminati oleh orang-orang, terutama mereka yang ingin mecari kebenaran. Oleh karna itu penulis menyusun makalah ini guna untuk mengenal dan mempelajari filsafat, objek kajian serta manfaat mempelajari filsafat Dakwah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Filsafat Dakwah?
2. Jelaskan Objek kajian Filsafat Dakwah (Formal & Material)?
3. Manfaat mempelajari Filsafat Dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara garis besar Filsafat dapat dikatakan sebuah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual). Selanjutnya Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu pegertian filsafat secara Bahasa dan pengertian filsafat secara istilah.
Ciri-ciri Berfikir filsafat adalah berfikir segala sesuatu yang ada, berfikir yang konsepsional mendasar dan menyentuh esensi yang difikirkan. Ciri-cirinya yaitu
a) Metodis, menggunakan metode cara yang lazim digunakan oleh para filosof dalam proses beerfikir filsafat.
b) Sistematis, yaitu dalam berfikir masing-masing unsur berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu keseluruhan.
c) Koheren, yaitu dalam berfikir unsur-unsur tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan satu sama lain, namun juga membuat uraian yang logi.
d) Rasional, yaitu harus berdasarka pada kaiadah berfikir yang benar (logis)
e) Konprehensif, yaitu berfikir secara menyeluhruh.
f) Radikal, yaitu berfikir secara mendalam samapai pada akar persoalannya
g) Universal, yaitu muatan kebenarannya sampai pada tingkat umum universal (secara keseluruhan)
h) Bebas, yaitu samapai kebatas-batas yang berada diluar pemikiran, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, religius (pemikiran filsafat ini dibarat).
i) Bertanggung jawab, yaitu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Filsafat sangat dibutuhkan manusia untuk mengatasi segala persoalan yang muncul dalam kehidupan, termasuk persoalan-persoalan dakwah. Dengan filsafat, seluruh pertanyaan hidup mengenai arti, isi dan makna dari segala sesuatu yang dilihat dan dialami dapat ditemukan jawabannya. Hal ini telah di implementasikan Nabi Muhammad SAW dalam aktivitas dakwahnya.
a. Pengertian Filsafat Dakwah secara Bahasa
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab “فلسفة”, yang juga diambil dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Dalam bahasa ini (Yunani), kata philosophia merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga dalam arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah atau filsafat disebut “filsuf”.
Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya. Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali.
b. Pengertian Filsafat Dakwah secara istilah
Menurut istilah, filsafat adalah ilmu istimewa yang menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah tersebut termaksuk masalahh yang berada diluar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dalam arti praktis filsafat mengandung arti alam berfikir/alam pikiran, sedangkan berfilsafah ialah berfikir secara mendalam atau radikal atau dengan sungguh–sungguh sampai keakar-akarnya terhadap suatu kebenaran atau dengan kata lain berfilsafat mengandung arti mencari kebenaran atas sesuatu.
Dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non-muslim, dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan, adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam.
Adapun pengertian filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap dan perilaku seseorang khas islam) dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para da’i dan mubalig, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik dalam arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh islam.
2. Objek kajian filsafat
Sebelum menginjak pada pembahasan objek kajian ilmu filsafat dakwah, supaya lebih jelas kita mengulangi permasalahan tentang objek kajian Filsafat, kemudian Objek kajian Dakwah dan akhirnya diintegrasikan antara keduanya membentuk objek kajian Filsafat Dakwah. Namun sebelum ke objek kajian, kita ketahui terlebih dahulu apa pengertianya. Objek kajian dalam keilmuan maupun filsafat adalah objek formal dan objek material. Objek material adalah lapangan penyelidikan suatu cabang ilmu, sedangkan objek formal adalah sudut tertentu yang menentukan suatu macam ilmu dan membedakan antara ilmu satu dengan lainnya. Demikianlah objek kajian filsafat dakwah menurut beberapa tokoh:
a. Objek Kajian Material
Menurut Drs. Suisyanto, Objek material filsafat dakwah adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada yang berkaitan dengan dakwah, baik yang berkaitan dengan ajaran dakwah maupun perbuatan manusia yang berhubungan dengan dakwah.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek material filsafat dakwah adalah manusia, Islam, Allah dan lingkungan dunia. Dengan filsafat dakwah dijelaskan proses interaktif manusia yang menjadi subjek (da’i) dan objek (mad’u) dalam proses dakwah, Islam sebagai pesan dakwah di lingkungan dunia di mana manusia akan mengamalkan dan menerapkan ajaran dan nilai keislaman serta Allah yang menurunkan Islam dan memberikan takdirnya yang menyebabkan terjadinya perubahan tindakan, keyakinan dan sikap.
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada atau mungkin ada, maka objek formalnya adalah pemikiran atau keterangan sedalam-dalamnya tentang objek material tersebut. Objek material filsafat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Hakikat Tuhan, hakikat manusia dan hakikat alam semesta.
b. Objek kajian Formal
Menurut Drs. Suisyanto objek formal filsafat dakwah adalah usaha untuk mendapatkan pemahaman yang sedalam-dalamnya sesuai dengan akal budi manusia tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyampaian ajaran Islam kepada umat Islam dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya baik secara praktis maupun teoritis.
Menurut Andy Dermawan dkk, objek Formal filsafat dakwah adalah mempelajari bagaimana hakikat dakwah.
Menurut Dr. H. Nur Syam, objek Formal filsafat adalah pemikiran secara radikal akan objek material tersebut.
Objek kajian dakwah adalah hubungan interaksional antara subjek dakwah dengan Objek dakwah dengan menggunakan metode, materi, dan media dakwah tertentu untuk mencapai tujuan dakwah. Sehingga secara proposional dapat dinyatakan dalam proposisi, sebagai berikut:
ü Subjek dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
ü Media dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
ü Metode dakwah tertetnu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
ü Materi dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
Objek kajian dakwah adalah setiap bentuk dari proses merealisasikan ajaran Islam pada kehidupan manusia melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan aspek religio-politik-kultural-sosio dan psikologis umat manusia.
Setelah mendalami masalah objek kajian filsafat dan objek kajian dakwah, sekarang kita dapat mengintegrasikan antara keduanya yaitu objek kajian filsafat dakwah. Objek studi filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, logis dan sistematis tentang proses usaha merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia dengan melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi religio-politik-kultural-sosio-psikologis umat manusia.
3. MANFAAT FILSAFAT DAKWAH
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’I agar mampu memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak bertentangan logika dan akal sehat. Dengan demikian ajaran islam disampaikan tidak hanya diterima secara dokmatis dan absolut semata, tetapi juga melalui kerangka fikiran yang rasional yang mampu memberikan arti penting dalam menyadari otoritas diri sebagi makhluk yang berdimensi dalam memahami diri dan hak miliknya.
Tujuan filsafat dakwah adalah memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu ajaran islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya, sehingga akhirnya dapat membawa pada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut terimplementasikan dalam sikap keseharian sebagai orang islam. Dengan demikian filsafat dakwah juga memberikan kontribusi keilmuan dengan mempertajam metodologi dan pendekatan sehingga para da’I mampu melihat realitas umat secara tajam dan santun.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat dakwah adalah filsafat khusus yang berkaitan dengan dakwah sebagai relasi dan aktualisasi imani manusia dengan agama Islam, Allah dan alam (lingkungan, dunia).
Secara ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal yang selalu punya kaitan erat. Yaitu:
ü Manusia sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek) dakwah.
ü Agama Islam sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani serta diwujudkan dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
ü Allah yang menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam dan menurunkan agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah. Dan
ü Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Yuyun Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakartra: Yayasan Obor Indonesia dan Leknas LIPI, 1982)
A. Heri Hermawan, M Ag, Yaya Sunarya, M,pd. 2011: Filsafat Islam, Insan Mandiri, Bandung.
0 comments:
Post a Comment